Driver Ojol Main Judol
![]() |
Gambar oleh Canva |
Jika aku yang dulu, ketika melihat orang bermain judi online (judol), pasti akan langsung menghakimi. Langsung merasa tinggi hati dan menganggap rendah orang tersebut. Berucap dalam benak, “Dasar orang gak masuk akal. Judi itu gak bikin kita kaya, malah sebaliknya,”
Namun, aku yang saat itu bertemu dengan driver ojol yang tengah asyik bermain judol di warung kopi, adalah aku yang sudah khatam membaca buku The Psychology of Money karya Morgan Housel. Aku yang saat itu, telah memahami bahwa tidak ada satu pun manusia yang gila terkait perencanaan finansial (There’s no one crazy adalah salah satu bab dalam buku itu).
Tidak Ada yang Gila
Ya, tidak ada yang gila dalam perencanaan finansial. Mungkin kamu pernah menganggap seseorang tidak masuk akal dalam menghabiskan uangnya. Mungkin, kamu pernah juga menganggap orang yang tidak mengikuti aturan 40, 30 20, 10 sebagai orang yang aneh. Atau, mungkin kamu pernah juga menganggap orang yang tidak mengikuti gaya pengelolaan keuangan ala kamu adalah orang yang keliru.
Namun, jika kita mau memikirkannya lebih dalam, dan meninjaunya dari segi psikologis, relasi manusia dengan uang itu berbeda-beda. Setiap orang punya pengalamannya masing-masing terhadap uang. Ada orang yang berkecukupan sejak kecil. Ada orang yang tidak pernah khawatir tentang uang sama sekali selama hidupnya. Yang gak relate dengan pinjam seratus juga ada.
Begitu juga sebaliknya. Ada yang mengalami kekurangan uang sejak kecil. Ada yang selalu dibayang-bayangi kesulitan ekonomi sepanjang hidupnya. Dan selalu pinjam seratus ke orang-orang terdekat.
Dengan kenyataan barusan, apakah masuk akal jika kita berharap pengelolaan keuangan semua orang harus seragam? Rasanya tidak.
Kita yang kebetulan berpendidikan dan berada di golongan kelas menengah mepet bawah, agaknya akan memandang seseorang yang bermain judol sebagai orang yang tidak masuk akal. Tidak make sense.
Namun, coba pikirkan ini, bagaimana jika itu adalah satu-satunya cara baginya untuk keluar dari jebakan kemiskinan? Tidak masuk akal? Ya, bagi kamu.
Dalam buku The Psychology of Money, dikisahkan bahwa pemain lotere di Amerika Serikat pada periode tertentu mayoritas adalah kelas bawah. Alasan mereka menggantungkan harapan pada lotere tidak lain adalah untuk meraih kemenangan dan keluar dari jerat kemiskinan.
“Seharusnya mereka bekerja yang keras kalau ingin kaya!” kata kita yang naif dan sekali lagi, berpendidikan.
Namun, kenyataannya, orang-orang kelas bawah adalah mereka yang paling keras bekerja. Tidak semua orang yang ekonominya sulit itu karena mereka malas. Sebagian besar adalah korban dari sistem yang tidak adil. Yang membuat si miskin makin miskin, dan si kaya makin kaya.
Maka, buruh kelas bawah di Amerika yang berharap pada lotere adalah masuk akal jika kita mau memandangnya dari sudut pandang mereka. Kita pun kalau terdesak lagi butuh uang, segala hal akan tampak masuk akal. Iya?
Beruntung aku bertemu dengan driver ojol itu dalam keadaan telah membaca buku karya Morgan Housel. Dengan begitu, aku jadi punya empati terhadapnya dan tidak menjadi orang menyebalkan yang menganggap diri lebih baik dari orang lain.
Apakah aku membenarkan perbuatan si driver ojol? Jelas tidak. Tapi setidaknya, aku menyadari bahwa ini adalah permasalahan struktural. Sesuatu yang kompleks dan harus dicarikan solusinya bersama-sama.
Sambil memesan kopi panas, aku merenung dan berkata dalam hati, “Suatu saat akan ku tulis ini untuk postingan di blog.” Hari ini aku melakukannya.
Posting Komentar untuk "Driver Ojol Main Judol"
Posting Komentar