Lebaran yang Berbeda
Lebaran tahun ini terasa sangat berbeda. Berbeda, karena saya sudah tidak lagi mendapatkan THR dari saudara-saudara. Hm, sebenarnya sudah beberapa tahun belakangan sih saya tidak mendapatkan THR. Namun, rasanya masih belum lama saja saya jadi anak-anak yang dikasih uang di dalam amplop tiap hari lebaran tiba.
Justru sebaliknya. Kini saya yang memberi uang dalam amplop kepada bocil-bocil pada hari raya. Ini juga bukan hal baru mengingat sudah beberapa tahun belakangan saya melakukannya. Namun, tetap saja, rasanya masih belum lama saya jadi anak-anak yang dikasih uang dalam amplop tiap hari lebaran tiba.
Apakah ini hanya perasaan saya saja? Saya mengira belum lama, padahal tidak demikian? Apakah waktu berjalan begitu cepat tanpa saya sadari? Jikalau demikian, itu artinya, betapa sudah lama saya pernah jadi kanak-kanak.
Lebaran kali ini berbeda juga karena satu hal: Saya sudah tidak sering mudik ke kampung halaman. Biasanya dulu, kami sekeluarga rutin pulang kampung setahun sekali, saat bapak masih ada. Tapi sekarang bapak sudah tidak ada. Jadi kami jarang pulang ke kampung halaman.
Tidak adanya bapak juga jadi salah satu hal yang membuat lebaran tahun ini berbeda. Bapak sudah tidak ada sejak 2018, tapi rasanya tetap saja berbeda.
Saya rasa ini semua perkara waktu yang bergulir begitu cepat. Saya merasa semuanya seperti kilas balik, dan saya belum sempat mencerna perasaan-perasaan, emosi, atas peristiwa yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Mungkin ini alasan sesungguhnya dari semua perbedaan yang saya rasakan. Jika dahulu ketika masih kanak-kanak, saya tidak punya emosi yang belum diselesaikan. Sedangkan saat dewasa, satu emosi belum selesai diurai, sudah datang emosi-emosi berikutnya. Dan ini adalah perbedaan yang besar.
Posting Komentar untuk "Lebaran yang Berbeda"
Posting Komentar